Terima Kasih

Terima kasih atas waktu luang anda membaca tulisan ini,... semoga ada manfaatnya....

Yang Mengikuti,....

09 Oktober 2008

Puasa/ Ramadhan di Kota Banjarbaru

Mungkin yang saya tulis ini jauh dari “up to date” karena “mood” saat menulis sedang tidak ada. Seperti cerita bulan ramadhan di kota Banjarbaru ini.
Puasa lazimnya diawali dengan sahur, di Kota Banjarbaru yang dimana saya waktu kecil tinggal di Kota Bogor jauh berbeda. Entah sekarang mungkin sama. Waktu dulu di kota Bogor sahur diawali dengan sekelompok anak-anak yang berangkat remaja berkumpul di suatu tempat kemudian berkeliling kampung untuk membangunkan sahur dengan ciri khas membawa obor dan alat-alat seadanya untuk dijadikan alat bunyi-bunyian dengan diselingi teriakan sahur,… sahur,… dan akan terhenti sendirinya saat makan sahur tiba. Yang kadang saat berkeliling kampong akan ditemui ibu rumah tangga yang marah-marah karena anak bayinya terganggu oleh teriakan anak-anak remaja tersebut. Tetapi biasanya kami esok harinya bukan kapok untuk membangunkan warga tetapi kadang sengaja akan lebih lantang untuk meneriakan sahur di dekat rumah ibu yang marah tersebut. Saat ini itu mungkin tidak ada lagi kebiasaan seperti itu. Sekarang membangunkan sahur tidak lagi menggunakan alarm jam, tetapi alarm mobile phone (hp). Tidak lagi terdengar riangnya anak-anak dengan segala tabuhan bunyi-bunyian. Budaya tersebut hampir boleh dikatakan punah.
“Bagarakan Sahur” adalah salah satu kegiatan yang menjadi tradisi perlombaan antara remaja mesjid, kelurahan, instansi pemerintah bahkan diperlombakan antar kabupaten. Yang dilaksanakan oleh pemerintah kota Banjarbaru melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, sebenarnya adalah melestarikan kebudayaan dikampung seperti cerita saya di atas tadi. Saat ini hanya menjadi bagian kegiatan rutin tahunan. Dengan difasilitasi oleh pemerintah dan warga masyarakat bergotong royong menghias mobil/ kendaraan yang dijadikan sarana untuk lomba begarakan sahur dan tanglong
Mengenai tanglong itu sendiri sebenarnya mirip-mirip (meadopsi) dengan budaya cina “cap go meh”/ barongsai. Atau kalau budaya di Bali ada yang namanya Ogoh-ogoh (walaupun themanya lain.
Kalau “pasar wadai” memang agak sepesifik namanya walaupun di propinsi atau kota lain ada diluar kalsel tetapi tidak mempunyai tema yang khas apalagi di fasilitasi oleh pemerintak kotanya. Di Kota Banjarbaru hal ini menjadi agenda tahunan pada dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Photonya ada tapi masih di hp, mungkin nanti waktu mengedit akan saya tampilkan beberapa even di atas.