Terima Kasih

Terima kasih atas waktu luang anda membaca tulisan ini,... semoga ada manfaatnya....

Yang Mengikuti,....

30 Juli 2009

CATATAN DARI MALAYSIA

BY : Catatan Bonny Samodra (disalin sesuai aslinya)

Alhamdulillah pada 25-26 Juli Allah perjalankan kami menghadiri PELATIHAN di Bangi, ILSAS, Malaysia.. Berikut cuplikan hal yang menjadi perbincangan di waktu tersebut. Semoga menjadi pengajaran bagi kita.

PERTANYAAN : APA BEZA ILHAM DENGAN SUARA HATI?

Jawaban pak Abu : jangan percaya suara hati. Di alquran Allah tidak sebutkan suara hati. Allah ilhamkan pada jiwa (diri) ilham fujur dan takwa. Allah pula yang jadikan orang cinta iman dan benci kekufuran (q49.7). Contoh : Orang-orang yang menerima nikah mut'ah (dari Shiite) hatinya tidak akan terganggu, karena mereka tidak merasa ada pelanggaran dengan pernikahan tersebut. Bagaimana jika diterapkan pada kita?

Orang-orang diluar agama kita, tidak terganggu hatinya atas penyembahan yang mereka lakukan. Suara hatinya tidak menolak, karena mereka melihat mereka benar. Ada rasanya juga yang buat mereka senang.. ISLAM tidak akan sama. Kalau sama, maka tidak ada beza jika kita berpindah pindah agama.

039:003. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (AZ ZUMAR)

Hati kita bergantung pada sejauh mana dia menerima informasi sebagai kebenaran. Jika di ulang-di ulang dan di ulang, dipraktekkan oleh banyak orang, bisa jadi hatinya akan membenarkan. ILHAM ada dasarnya di AL QURAN. "suara hati" bikinan siapa? Ikut yang mana?

Lebih baik saya mengajak kembali ke Al Quran, Perhatikan Al Quran :

091:007. dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), 091:008. maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. 091:009. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, 091:0010. dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (ASY SYAMS)

049:007. ... tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, (AL HUJUURAT)

006:115. Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. 006:116. Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). 006:117. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang orang yang mendapat petunjuk. (AL AN'AAM)

PERTANYAAN : APA YANG BAPAK SAMPAIKAN HARUS PULA DAPAT DICERNA AKAL, BAGAIMANA NAK TINGGALKAN AKAL?

Jawaban pak Abu : hati-hati dengan logika. Karena yang kita sebut logic adalah referensi yang telah diterima dari indera dan pikiran banyak orang. Apa yang pernah kita baca. Untuk sesuatu yang kita tahu ada referensinya, jika ada alat ukurnya secara materi, maka kita sebut masuk akal.

Kalau tak ada.. maka kita sebut tak masuk akal.. sebab akal belum punya referensi.. Betulkah demikian?

Sedangkan apabila dalam kita menjawab sebuah soalan kita dasarkan pendapat orang, sebenarnya kita belum gunakan pikiran kita. Kita pakai pikiran orang. Akal kita belum benar-benar kita gunakan. Kita masih berpikir semu...

Bagaimana orang mau jelaskan. Alim Lam Mim... Nuun... tidak ada riwayat para sahabat menanyakan hal tersebut pada Rasul. Sebab dalam hal keimanan mereka tidak dewakan akal tapi mereka gunakan hati, tempat Allah menurunkan ilham... Para sahabat para salih, menerima dengan keyakinan, dengan iman.

Bagi saya, sesuai petunjuk Al Quran.. orang yang berakal adalah mereka yang mengawali dengan proses berdzikir.. dari proses mengamati penciptaan Allah... Apakah seorang Dokter menciptakan manusia ataukah, mereka hanya mempelajari ilmu tentang tubuh manusia?

003:190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, 003:191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (ALI 'IMRAN)

045:004. Dan pada penciptakan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini, 045:005. dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal. 045:006. Itulah ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya; maka dengan perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan keterangan-keterangan-Nya. (AL JAATSIYAH)

PERTANYAAN : MUHAMMAD SAW SAJA BELAJAR DENGAN MALAIKAT JIBRIL, BAGAIMANA PAK ABU NAK BELAJAR LANGSUNG PADA ALLAH?

Jawaban pak Abu: Tak kenal maka tak sayang.... Puan puan, mak cik. Saya bukan nak mengaku murid langsung dari Allah Subhanahu Wa ta'ala..

Allah sendiri yang katakan 'allamal insaana maa lam ya'lam.. apa terjemahnya?

096:005. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (AL 'ALAQ)

Dalam shalat kita berbicara pada siapa, kita meminta kepada siapa, kita berdoa pada siapa.. Langsung tidak? Apakah perlu kita mengingat wajah guru kita dalam shalat? Tidak akan sampai kita ke Allah... Langsung ... tanpa perantare, tanpa betare, tanpa avatare.

Untuk para Nabi dan Rasul kesalahan mereka menjadi jalan hadirnya syariat, jadi bukan salah... mereka maksum terbebas dari kesalahan. Kita tak lah... apa jadinya jika tak ada syariat sujud sahwi untuk mereka yang lupa dalam shalatnya... Karenanya wahyu pada manusia diberikan melalui rasul, utusan, malaikatullah.

Sedangkan ILHAM Allah berikan secara langsung kepada tiap diri manusia...

(bisa di tambah) : 092:012. Sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk, (AL LAIL)

026:132. Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui. (ASY SYU'ARAA)

==================================================

PERTANYAAN JAMAAH DALAM SESSI REHAT

PERTANYAAN (Bp Azlan Ibrahim, Bp. Jamal Nasir, et. al.) : Pak Bonny, bagaimana kita nak abaikan akal dalam perjalanan menuju Allah. Bukankah ini yang membezakan kita dengan hewan?

Jawaban saya : Akal hanyalah instrumen. Layaknya Allah berikan mata untuk melihat, telinga tuk mendengar, kaki untuk berjalan, akal untuk berpikir sehingga dapatlah kita melahirkan gagasan, cari way out. Kita bukan nak matikan akal, hanya jangan dewakan akal. Jangan berhenti di akal.

PERTANYAAN : Bagaimana tentang ayat-ayat Allah?

Jawaban saya : Ayat-ayat Allah, tanda-tanda kebesaran Allah bukan tempat kita berhenti.. Apa nak sampai kita ke Kuala Lumpur jikalau dari Bangi sini (nama tempat acara) kita melihat ada SIGN penunjuk arah ke Kuala Lumpur, lalu berhentilah kita terlena sekedar mengagumi SIGN tersebut. Macam mana mau sampai?

Alam adalah Alamat menuju Alah... Alam dapat mengantarkan orang beriman untuk sampai pada Tuhan Nya... Insya Allah..

075:016. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. 075:017. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. 075:018. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. 075:019. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya. (AL QIYAAMAH)

Yogyakarta, 28 Juli 2009

Sahabat Dalam Perjalanan.
Banowo Setyo Samodra

Sendal Jepitku

Tak pernah membayangkan, juga tak terpikirkan, ada pengalaman spiritual yang pernah aku alami. Kisahnya terjadi dua tahun silam saat auku melaksanakan ibadah Umrah…… (tiba di kota Mekkah malam hari sekitar pukul 23.00 waku Mekkah, istirahat sebentar lalu melaksanakan Ibadah Umrah (Thawab dan Sa’i). Esok hari (hari pertama) aku berada di kota Mekkah sore Menjelang Magrib, Kami hanya berjalan kaki (kira-kira 10 menit) menuju Masjidil Haram Untuk melaksanakan shalat Magrib diteruskan dengan shalat Isya. Dengan menuruni tanggak di halaman masjid kami memasuki masjid melalui pintu ke 79, didepan pintu masuk disediakan tempat penyimpanan (rak) sepatu/sendal, kuletakkan sandal jepitku pada rak agak diatas Berjejer dengan sendal-sendal yang lain (sandal jepitku berwarna biru yang sudah diberi nama biar mudah mengenalinya…) pada saat memasuki pintu masjid kita biasanya diminta oleh penjaganya untuk memperlihatkan apa isi tas /barang yang kita bawa, karena tak Ada masalah kami langsung masuk dengan menuruni tangga lagi kea rah kanan ketempat yang Masih lumayan kosong, lalu kami meletakkan sajadah sambil melihat-lihat disekitar ruangan masjid, tempat shalat laki-laki dan wanita di pisahkanoleh rak-rak yang isinya berisi kitab suci Al Qur’an dan di pilar-pilar masjid diletakkan AC serta lampu-lampu kristal yang Subhanallah ! membuat kita makin yakin Allah itu Maha Besar dan Maha Berkehendak hingga aku sampai ke tempat dimana setiap muslim pasti merindukannya…. Disitu juga aku melihat wanita-wanita Arab (kebanyakan berusia lanjut) menggunakan kursi roda/kursi lipat agar mereka bisa shalat berjama’ah, juga terlihat petugas-petugas kebersihan (wanita) mengambil gelas-gelas plasti bekas minum air Zam-zam yang sudah disediakan ditempat-tempat khusus di dalam masjid apabila kita ingin minum atau kehausan, ada juga orang-orang yang lalu lalang disekitar kita Dating membawa termos air, kurma yang biasanya apabila sudah selesai shalat Magrinb mereka membagi bagikan minuman, (teh panas atau minuman khas Arab) , kurma pada orang-orang yang ada di dekat mereka sambil menunggu waktu shalat Isya. Nah.. setelah kami selesai melaksanakan shalat Magrib dan Isya (langsung ke Hotel untuk makan malam) terus keluar untuk mengambil sendal jepitku, tapi apa yang terjadi……. Ya Allah sandal jepitku tidak ada ditempatnya alias raib (entah ada yang salah pakai atau sengaja memakai,, hanya Allah yang tau ), untungnya di depan masjid banyak toko-toko yang menjual sendal (yang harganya kalau tidak salah 10 real) lalu aku beli sepasang, sambil berjalan menuju hotel aku tidak punya pikiran apa-pa, tapi setelah beberapa lama aku diingatkan !!!, pada waktu aku menuju masjid tadi sempat terbersit dalam pikiranku begini “ eh mana nih kejadian aneh yang sering aku dengan dari orang-orang yang pernah ke sini ? “ Astagfirullah ….. inilah mungkin jawaban dari pikiran anehku yang tentu saja membuat aku sadar (dapat pencerahan) bahwa Allah selalu merespon apapun yang kita pikirkan, oleh sebab itu pikirkanlah yang baik-baik agar kita selalu mendapat akibat-akibat yang baik… !!!.

( Juli 2007 )
by : Asmaul Husna

SOLUSI ISLAM DALAM MENYINGKAP HIJAB

Oleh: KH.Shohibul Faroji Al-Robbani

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyibak hijab, terutama bagi setiap orang yang berjalan menuju Allah (salik). Sebab ketika seseorang tidak mampu menyibak hijab, berarti selama itu pula dia tidak bisa lepas dari jeratan syirik, baik syirik jali (nyata) maupun syirik khafi (tersembunyi).
Syarat utama untuk berjumpa dengan Allah tidak boleh syirik sama sekali, teristimewa dalam menjalankan ibadah. Perjuangan yang harus terus dilakukan ialah mencari cara agar mampu menyibak hijab itu sendiri.
Salah satu cara untuk menyingkap hijab adalah dengan jalan mengendalikan nafsu. Orang yang sudah mampu mengendalikan hawa nafsunya, akan memiliki pandangan yang jernih dalam menatap Wujudul Haq (wujud Allah). Diumpamakan bagai telaga yang airnya jernih, tampak jelas keindahan semua isinya. Sebaliknya, telaga yang airnya kotor tidak terlihat apapun, kecuali hanya kekeruhan. Orang yang dapat menahan diri dari keinginan hawa nafsunya dan takut Tuhannya, akan memetik keindahan syurga.
"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurga sebagai tempatnya." (An Naajiyat: 40).
Orang-orang seperti itulah yang akan dapat menikmati keindahan syurga, yaitu terbukanya tirai Ilahi. Barangsiapa rindu berjumpa dengan Allah, hendaklah menahan diri dari mengikuti hawa nafsu. Berbahagialah orang-orang yang telah membersihkan jiwanya dari keterikatan hawa nafsu.
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri, dan mengingat nama Tuhannya lalu senantiasa berhubungan (memandang Allah)." (Al 'Ala: 14-15).

Prasangka
Hijab paling dahsyat ialah zhan (baca: zon atau prasangka). Disusul hijab "rasa" yang sangat berbahaya dan bisa meruntuhkan benteng keyakinan. Semua itu adalah hijab dalam memandang wujud Allah.
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan sangka-sangka, karena sebagian dari sangka-sangka itu dosa." (Al Hujaraat: 13).
Apa yang telah menjadi prasangka kebanyakan orang tentang adanya sesuatu selain Allah, sesungguhnya jauh dari kebenaran. Karena prasangka tersebut, hanya sebuah pandangan atau sebatas persepsi yang sudah melekat erat sesuai alur kehidupan.
"Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran. (An Najm: 28).
Karenanya, singkirkan segala prasangka dari dalam hati dan pikiran, dengan cara syuhud. Yakni memandang ke-esa-an wujud Allah melalui basyiratul qalbi (mata hati).

Penyibak hijab
Pengertian syuhud sebagai basyiratul qalbi (pandangan mata hati) seperti kaidah yang tertera dalam kitab Addurun Nafis: SYUHUUDUL KATSRAH FILWAHDAH, SYUHUUDUL WAHDAH FILKATSRAH "Pandang yang banyak pada yang satu dan pandang yang satu pada yang banyak". Sampai menemukan keyakinan dan pandangan yang benar, andai diungkapkan dalam bentuk kata-kata, maka lahirlah: “Tidak aku melihat sesuatu, melainkan aku melihat Allah padanya, tidak aku melihat sesuatu melainkan aku melihat Allah sertanya, tidak aku melihat sesuatu melainkan aku melihat Allah sebelumnya, tidak aku melihat sesuatu melainkan aku melihat Allah sesudahnya”.
Itulah kunci-kunci penyibak hijab. Kunci-kunci tersebut harus dipraktekkan dengan landasan pemahaman tentang tauhidul af'al, tauhidul asma, tauhidus sifat dan tauhidu dzat (esa perbuatan, nama, sifat dan zat Allah). Inilah yang menjadi tonggak keyakinan, untuk memandang setiap kejadian di alam semesta pada hakikatnya perbuatan Allah, setiap nama hakikatnya nama Allah, setiap sifat hakikatnya sifat Allah dan setiap zat hakikatnya adalah zat Allah. Bila semua perbuatan, nama, sifat dan zat telah disandarkan kepada Allah, maka akan membuahkan sikap terpuji yang disebut akhlakul karimah. Selanjutnya orang tersebut akan memiliki sikap tegar dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan. Sebagaimana terlukis pada kehidupan Rasulullah saw. Beliau memiliki sifat sabar, ikhlas, tawadhu (rendah hati) dan sifat terpuji lainnya. Akhlak tersebut tidak dipaksakan, tetapi muncul apa adanya sebagai refleksi syuhud.
Acuan syuhud adalah kalimat laailaha illallah (tidak ada tuhan selain Allah), yang berlanjut pada makna: Tidak ada sesuatu apapun selain Allah. Rasulullah saw. bersabda: "Kunci syurga itu laailaha illallah". Disebut kunci syurga, karena syurga bagi orang yang sedang menuju Allah dipahami sebagai syurga dalam arti ma'rifah. Seseorang tidak akan ma'rifah tanpa membuka kuncinya. Kunci itu adalah mengamalkan kalimat laailaha illallah sampai menemukan hakikat fana.
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan" (Ar Rahmaan: 26-27).
Tatkala sampai pada derajat fana, maka tersibaklah tirai yang menghalangi dalam memandang Allah. Fana ini pun sebagai kunci pembuka tirai ilahi.Namun perlu digaris bawahi di sini, syuhud bukanlah wacana akal dan bukan pula perdebatan lisan, tapi Syuhud ada dalam rasa. Bagaimana rasa kehambaan sirna dalam rasa-Nya, tentunya rasa dalam arti esa. Demikian syuhud bagi para arifin billah. Tapi syuhud bagi salikin, dengan sarana ilmu tauhid untuk memandang kepada-Nya, hingga tertanam ‘ilmal yaqin (keyakinan ilmu). Syuhud juga dilakukan dengan menggunakan syua’ul basyirah (penglihatan akal) dan ainul basyirah (penglihatan ilmu). Kemudian mengaplikasikan ilmu itu ke dalam kehidupannya, seiring zikir yang istiqomah. Sehingga muncul inner power atau kekuatan dari dalam diri yang dapat memicu semangat berjalan menuju kepada-Nya. Akhirnya dengan pengamalan syuhud yang benar akan runtuh segala prasangka dan tersingkaplah seluruh hijab.

Merasakan Kehadiran Allah
Membiasakan syuhud sekaligus diiringi zikir, ibadah, dan thariqah (tarikat) itu harus dilakukan dengan bimbingan seorang mursyid, yakni seorang pembimbing yang waliyan mursyidan, waratsatul anbiya (pembimbing yang bijak dan benar-benar sebagai pewaris nabi).
Untuk bisa mengamalkan syuhud dengan baik dan benar perlu diiringi dengan zikir. Baik dengan zikir lisan, zikir aqli (akal), zikir qalbi (hati) maupun zikir sirri (rahasia). Juga diperlukan upaya yang sungguh-sungguh agar Allah selalu hadir (hudhurullah) di dalam hati, sehingga secara perlahan-lahan akan selalu memandang Allah. Bahkan yang ada dan yang dipandang hanya keelokan dan keagungan wujud Allah.
Hudhurullah adalah membalik kesadaran hamba menjadi kesadaran robbaniyah (ketuhanan). Apabila pandangan hamba menghadap kepada Allah niscaya hilanglah mahluk dan yang tampak adalah wujud-Nya. Sebaliknya apabila pandangan hamba menghadap kepada mahluk, niscaya hilanglah Allah. Dua pandangan tersebut tidak dapat berjalan secara bersamaan.
Untuk memahami hal tersebut harus mengerti istilah “nafi itsbat” dalam kalimat Laailaaha illallah. Lafaz laa adalah nafi, artinya meniadakan. Sedangkan lafaz Ilaaha sebagai manfi, artinya yang ditiadakan. Adapun itsbat-nya adalah lafaz Illa, artinya kecuali. Dan mutsbit-nya adalah Allah. Lafaz Ilaha berarti sesuatu yang dimaknai Tuhan. Sesuatu yang menjadi tuhan, meliputi segala yang dicintai dan disayangi hingga membatu dan berubah jadi berhala dalam hati. Karena itu, dalam kalimat nafi istbat yang harus dinafikan adalah pandangan kepada makhluk. Sebab selama memandang makhluk, tidak mungkin dapat memandang Allah dan untuk dapat memandang Allah, harus fana kemakhlukannya. Allah dan makhluk tidak dapat disatukan juga tak bisa dipisahkan, masalah ini bagaikan keberadaan malam dengan siang. “Semua yang ada di bumi itu binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan" (Ar Rahmaan: 26-27).
`Tersingkapnya hijab bagi hamba dalam memandang Allah, karena telah mendapatkan percikan anwar ilahiyah (cahaya Allah). Ketika seseorang telah mendapatkan warid, maka hatinya senantiasa lega dan lapang dalam menghadapi apapun, termasuk sesuatu yang tidak sesuai dengan nafsunya.

SOLUSI ISLAM AGAR HIDUP KITA MENJADI TENANG

Beberapa tindakan yang bisa membuat kita hidup tenang baik hati dan pikiran :
1. Pandai Bersyukur
Kita harus sering melihat kondisi orang yang berada di bawah kita dan membatasi melihat oang-orang yang berada di atas kita. Kita akan merasa cukup walaupun hidup sederhana apa adanya. Apa yang kita dapat akan lebih bermakna dibandingkan orang yang memiliki segunung harta tetapi selalu merasa kurang.
2. Jangan terlalu Mengejar Cita-Cita Keduniawian
Menghabiskan sebagian besar waktu demi mencari materi akan membuat kita menyesal di kemudian hari. Gunakan sebagian waktu yang ada untuk beramal, beribadah, sedekah, membangun keluarga yang bahagia, memberi kontribusi bagi lingkungan sosial masyarakat, dan lain sebagainya.
3. Bantu Orang Lain & Selalu Berbuat Kebaikan Serta Amal Shaleh
Bangun suasana yang akrab dan kekeluargaan dengan saudara, tetangga dan orang-orang di lingkungan kita karena manusia adalah makhluk sosial. Lingkungan sosial yang baik akan membantu kita hidup saling tolong-menolong satu sama lain, bergotong-royong, musyawarah untuk mufakat, saling menjaga, dan lain sebagainya.
4. Manajemen Emosi
Jaga emosi dan nafsu kita karena mereka dapat menghancurkan kita dan meninggalkan kita dalam penderitaan. Latih nafsu dan emosi dengan puasa. Jangan mudah terpancing emosi. Jadilah orang yang baik dan hindari menjadi orang jahat / penjahat. Biarkan saja orang lain bilang apa / melakukan apa, karena dunia penuh dengan ujian dan persoalan.
5. Hidup Sederhana
Dengan hidup sederhana kita akan selalu merasa berkecukupan dan hidup tenang lahir batin. Hidup mewah dan gelamor butuh biaya yang tidak sedikit dan harus terus menjaga image dengan banyak daya upaya. Dengan hidup sederhana dan rendah diri kita tidak akan mudah stres. Fokuslah ke kekayaan non materi dan fisik (kecantikan/ketampanan) karena orang akan lebih menghargai kita jika kita punya banyak kemampuan yang tidak dimiliki orang lain tetapi kita tidak sombong.

SOLUSI ISLAM MERAIH CINTA ALLAH SECARA TOTAL

Oleh: KH.Shohibul Faroji Al-Robbani

Mencintai sesuatu berarti mengutamakan sesuatu, bila keutamaan itu sampai membuat seseorang lupa pada Allah, maka sesuatu itu menjelma menjadi tuhan bagi dirinya. Berbeda dengan orang yang mencintai Allah. Orang yang mencintai Allah pasti mencintai sesuatu, tapi orang yang mencintai sesuatu belum tentu mencintai Allah.
Cinta yang tumbuh dan berkembang dalam diri manusia merupakan fitrah yang tidak dapat ditolak kehadirannya. Karena cinta adalah anugerah yang ditanamkan Allah ke dalam hati manusia. "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik." (Ali 'Imran: 14)
Dan ketika seorang laki-laki mencitai wanita atau sebaliknya, maka rasa cinta itu harus dipandang sebagai anugerah Allah. Begitu pula cinta terhadap anak-anak, harta benda, kedudukan dan martabat, semuanya harus dikembalikan kepada Allah. Artinya ekspresi cintanya semata-mata karena memelihara amanat dan anugerah Allah.
Cinta adalah sesuatu yang lembut dan meliputi relung hati. Cinta tidak bisa didefinisikan dengan kata-kata, namun refleksi dari cinta terlihat pada sifat orang yang bercinta, melalui ekspresi kepatuhan dan pengabdian.
Apabila cinta telah berkembang menjadi kepatuhan dan pengabdian kepada sesuatu, hingga melampaui kepatuhan dan pengabdiannya kepada Allah, maka sudah pasti sesuatu yang dicintainya itu menjelma menjadi tuhan-tuhan selain Allah.
Dalam realita kehidupan, banyak orang yang mencintai tuhan-tuhan selain Allah dengan menjadikan yang dicintainya sebagai sesembahan di dalam hatinya. Sebagai contoh, orang yang lebih mengutamakan kecintaannya pada istri, suami, anak-anak, ketimbang Allah.
Tuhan adalah predikat dari sesuatu, baik dalam wujud lahiriah maupun dalam wujud imajinasi. Dalam kalimat tauhid menyebutkan: "Tidak ada tuhan kecuali Allah." Berarti tidak ada tuhan-tuhan dalam bentuk apapun yang dipandang secara lahiriah, juga tidak ada sesuatu dalam imajinasi yang dapat menumbuhkan rasa cinta hingga melampaui cintanya pada Allah. Lebih spesifik lagi dalam memaknakan kalimat tauhid ialah: Tidak ada cinta pada tahta, harta dan wanita (baca: lawan jenis), kecuali hanya pada Allah semata.
Cinta tumbuh dan berkembang di dalam hati. Mencintai sesuatu berarti menyediakan ruang dalam hati untuk bersemayam sesuatu yang dicinta. Hal ini, sama saja menempatkan berhala-berhala di sekeliling rumah Allah, sebab bagi orang-orang yang beriman, hati itu rumah Allah yang harus dijaga kebersihan dan kesuciannya.
Jika ada orang yang mencintai sesembahan selain Allah dalam bentuk arca dan berhala, maka tidak sedikit pula orang yang menjadikan sesuatu itu berhala-berhala di dalam hatinya dan sekaligus menjadi tuhan-tuhan selain Allah. Seperti orang yang mengutamakan cintanya pada tahta, harta, wanita (baca: lawan jenis), anak dan keluarga, sampai-sampai hatinya dipenuhi dengan berbagai hal tersebut. "Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (At Taubah: 24).
Mencintai sesuatu boleh saja, tetapi harus dimaknai sebagai refleksi cintanya kepada Allah, dan bukan malah menjadikan cintanya itu sebagai ajang untuk menguasai dan memiliki sesuatu sehingga membuat Allah tersisih.
Jika ada rasa cinta pada sesuatu dan membuat lupa pada Allah, maka sesuatu itu menjadi tuhan-tuhan selain diri-Nya. Sama saja orang tersebut sedang bercinta dengan tuhannya. Tuhan yang dimaksud, ialah tuhan-tuhan penjelmaan sesuatu yang dicintainya sesuai dengan nafsunya. "Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (Al Jaatsiyah: 23)
Tauhid akan mengantarkan seseorang pada maqam hakikat Istiqlal (merdeka). Sebab dengan memahami tauhid, seseorang dapat melepaskan diri dari belenggu nafsu dunia dan ananiah (ke-aku-an) yang memenjarakannya.
Tauhid juga menumbuhkan cinta kepada Allah. Memahami tauhid sama dengan memosisikan diri menjadi pencinta Allah. Tidak bertauhid, berarti ada kesenjangan cinta dengan Allah. Sebagaimana kesenjangan cinta antara suami istri yang dipicu karena tidak sepaham dalam memandang dan meminati sesuatu. Untuk mencapai cinta yang sejati dan murni, harus ada kesamaan dalam banyak hal, disertai kesediaan untuk melebur dengan keinginan dan kemauan demi yang dicinta. Karena melebur pada kehendak yang dicinta merupakan bentuk pengorbanan yang hakiki.
Pernyataan cinta seorang hamba pada Tuhan harus diikuti oleh kepatuhan mengikuti kehendak-Nya. Seraya berkata dan meyakini dalam hati: "Tidak ada daya dan upaya, kecuali dengan daya dan upaya Allah Yang Maha Agung lagi Maha Tinggi." Yang berarti daya dan upaya seorang hamba selaras dengan kehendak Allah.
Jika seorang hamba menyatakan cinta kepada Allah, tetapi tidak mau berjalan di bawah kehendak-Nya, maka cintanya sebatas lipstik kata-kata yang menggumpal jadi kalimat untuk bermunajat. Seperti orang yang berteriak lantang menyuarakan cinta, dan tidak mau merendahkan suaranya demi yang dicinta. Teriakan itu adalah refleksi ke tidak tahuan makna dan hakikat cinta. Cinta tidak perlu diteriakkan, karena cinta tidak butuh kata-kata dalam bentuk sajak. Cinta adalah cinta yang hanya dapat dirasa dalam sujud kepasrahan. "Kamu lihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud." (Al Fath: 29)
Cinta kepada Allah yang ditanam dengan benih tauhid dan selalu disirami dengan air ibadah akan tumbuh subur dan berbuah cinta abadi dalam bentuk kepatuhan dan pengabdian. Kepatuhan mengikuti Rasul-Nya dan mengabdi sebagai hamba-Nya seraya berharap pada cinta kasih-Nya. "Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Ali 'Imran: 31).
Seseorang yang mengikuti Rasul-Nya karena cintanya pada Allah, berarti telah mampu melepaskan diri dari perbudakan nafsu, terbebas dari hukum basyariah (fisik) dan terlepas dari sesuatu selain Allah yang mencengkeramnya.
Terbebas dari hukum basyariah itu bukan berarti tarikus syari'at (meninggalkan syariat Nabi Muhammad Saw.). Tetapi menyediakan seluruh hidup dan matinya hanya untuk Allah Tuhan Semesta Alam. Inilah hakikat tauhid dan cinta seorang hamba pada Tuhannya. "Sesungguhnya shalat dan ibadahku, hidup dan matiku, kuserahkan seluruhnya hanya kepada Allah Tuhan semesta alam." (arti sebagian doa iftitah).
Kepatuhan dan pengabdian merupakan bentuk ekspresi cinta seorang hamba kepada tuhannya, baik tuhan dalam arti sesuatu yang merupakan jelmaan dari rasa cinta, atau Tuhan dalam arti yang sesungguhnya. Seorang hamba yang mencintai Tuhan, di hatinya tak ada ruang kosong untuk ditempati oleh sesuatu selain diri-Nya.
Hanya Allah yang meliputi dan memenuhi hatinya sepanjang masa.
Bagai gayung bersambut, Allah pun mencintai hamba-Nya sesuai dengan kapasitas dan kemampuan hamba dalam menerima cinta-Nya. Sebagai bukti awal cinta-Nya, Dia membersihkan hati hamba dengan ampunan yang berlimpah. Rahmat dan salam datang silih berganti menghiasi hati hamba-hamba-Nya.
Cinta kasih Allah adalah Nur yang menerangi hati hamba-hamba-Nya. Ketika Nur Ilahi telah masuk ke lubuk hati seorang hamba, maka hamba tersebut akan merasakan lapang dada dan luas hatinya untuk memaafkan kesalahan siapa pun, sebelum ada yang datang meminta maaf. "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (Ali 'Imran: 159).
Di samping itu, tercermin pula pada sikap hidup yang selalu mengutamakan wilayah spiritual ketimbang wilayah material. Artinya, jika dihadapkan pada dua pilihan antara kepentingan akhirat dengan dunia, maka akan memilih untuk kepentingan akhiratnya. Dalam hal memilih pasangan hidup misalnya, wanita atau pria yang beriman itu lebih baik untuk akhiratnya daripada wanita atau pria yang musyrik, kendatipun lebih menarik dipandang nafsu syahwatnya.(QS.Al Baqarah: 221). Pengabdian seorang hamba terhadap Allah ialah penyerahan diri sepenuhnya di bawah kehendak-Nya (tawakal), dengan demikian seorang hamba akan mendapatkan cinta-Nya yang penuh rahmah dan ampunan. "Mereka itulah yang mendapat salawat (salam cinta) yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al Baqarah: 157).

20 Juli 2009

Sang Maha Meliputi

Dialah ALLAH...
Sang Maha Meliputi semua materi, semua cahaya, semua energi, semua getaran, semua daya, semua gerak, semua pikiran, semua persepsi, semua kehendak, semua penglihatan, semua pendengaran, semua rasa, semua waktu, semua jarak, semua dimensi, semua ruang, semua dunia, semua akhirat, semua syurga, semua neraka, semua wujud, semua malaikat, semua makhluk, semua sifat, semua baik, semua buruk, semua bersih, semua kotor, semua senang, semua susah, semua bahagia, semua sedih, semua aksara, semua kata, semua kalimat, semua bunyi, semua hidup, semua mati, semua nafas, bahkan meliputi semua kesadaran, semua ketidaksadaran, semua tahu, semua tidak tahu, semua ada, semua ketiadaan, ya...semua apa dan semua tidak apa-apa...

Kalau SEMUA yang diliputi itu sudah berhasil dinafikan, tidak lagi dipentingkan sedikitpun, tidak lagi dijadikan sebagai alamat berhentinya pikiran dan kesadaran kita, LAA ILAHA..., KOSONG, HENING, ABADI, maka saat itu juga ILLA ALLAH..., Yang ADA hanyalah semata-mata SANG ADA..., WUJUD Maha Meliputi yang menyebut Diri-Nya dengan sebutan ALLAH.

LAA ILAHA..., Kosong, Hening, Abadi..., ILLALLAH..., ADA Sang ADA..., ALLAH...
Lalu kita tinggal DERR saja...

Untuk kemudian, barulah kita jalankan semua aktifitas kita untuk mengelola semua materi, semua pikiran, dan semua perasaan yang diliputi oleh Wujud Yang Maha Meliputi sesuai dengan destiny (takdir) kita masing-masing. Tidak lebih..., tidak kurang...

Kalau tidak seperti ini..., maka seketika itu juga pastilah kita akan jadi budak dari materi-materi, dari pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaan itu. Tidak bisa tidak...!. Dan itu sungguh melelahkan dan memedihkan sekali...

Salam,
Deka

By : Yusdeka Putra

19 Juli 2009

PMJ090709

Ku arahkan diriku kepada Sang Pencipta Langit dan Bumi
Ku amati nafasku. Begitu halus geraknya.
Ku hirup nafas dengan pelan .... lalu ku ikuti kemana dia menuju.
Ternyata ada yang menariknya.
Ku ikuti tarikan, semakin jauh dan semakin halus.
Pelan-pelan ku tinggalkan kungkungan tubuhku, ku bebaskan belenggu nafsuku, ku lepaskan ikatan pikiranku.
Ku relakan jiwaku meluncur lepas, tanpa daya, kembali menuju Sang Pencipta

" Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya "

.... ah betapa nikmatnya hidup dalam Ridho-Nya ....

Salam

By :Mardibros Patrapmania

16 Juli 2009

MEREDAM AMARAH


Keramahan itu menyenangkan. Tidak hanya bagi orang lain yang melihatnya tapi juga bagi diri kita. Keramahan akan menambah energi diri dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kita bisa merasakan bila sedang kesal atau marah, lalu berjumpa dengan orang yang bijaksana, baru menatap wajahnya yang jernih dan cerah saja, hati kita sudah merasa sejuk. Belum lagi perhatian yang tulus serta keramahan dan tutur kata yang berbobot, sikap ini efektif meredam emosi kita. Bahkan, mungkin saja kita akan berubah pikiran dan menyesali perbuatan yang sebelumnya kita anggap benar.
Sahabat, ternyata biang kesusahan itu tidak terletak pada masalah yang sedang dihadapi. Namun terletak pada sikap kita ketika menghadapi masalah tersebut. Sikap emosional tidak dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Sebaliknya ia akan lebih memperberat masalah yang dihadapi, sikap emosional sebenarnya berakar pada pribadi yang jauh dari kebeningan hati. Akibatnya suasana hati akan lelah, tegang, dan jauh dari ketenanangan serta kebahagiaan. Kondisi ini jelas akan berpengaruh pada prilaku . Mengapa ? reaksi apapun yang kita tampilkan tidak akan jauh berbeda dengan suasa hati. Karena itu. Cobalah untuk menghadapi hidup dengan penuh semangat. Tunjukan selalu wajah yang cerah dan jernih. Tersenyumlah dengan wajar dan tulus. Temuilah orang lain dengan sikap yang sopan dan santun dan sapalah merka dengan penuh keramahan dan penghormatan. Bila demikian, niscaya kita akan menemukan bahwa beban yang selama ini menghimpit hati akan terasa jauh lebih ringan dan lapang selain itu, semangat untuk menghadapi persoalan pun berlipat ganda. Terlebih bila orang lain membalas karamahan kita. Semua akan menjadi tambahan energi dalam menghadapi barbagai masalah yang menghadang. Bukanlah kita menginginkan kebahagiaan dalam hidup ? Maka, marilah kita mulai dari sikap yang paling murah dan ringan, tapi cepat dirasakan hasilnya. " Selamat berbagai bagi siapapun yang bisa bersipak ramah, sekalipun terhadap orang yang berbuat tidak baik kepadanya " wallahu a'lam bish-sahawab (Nurani edisi 244)

KIAT HIDUP BAHAGIA MENURUT RASULULLAH SAW


  • Konsentrasi untuk menghadapi hari ini. Terpusatnya pikiran untuk memperhatikan pekerjaan hari ini yang sedang dihadapi dan menghentikan pikiran dari menatap jauh masa mendatang dan dari kesedihan masa lampau, merupakan sarana yang dapat menangkis kesedihan dan kegoncangan jiwa/hati. Berupaya keraslah untuk mencapai apa yang bermanfaat bagimu dan memohon pertolongan kepada Allah serta janganlah kamu lemah. Jika kamu tertimpa sesuatu, janganlah kamu berkata : " andaikan ". Aku berbuat demikian tentu akan terjadi demikian dan demikian. Akan tetapi, katakanlah : Allah telah menaqdirkan (ini). Allah melakukan apa yang dikehendakinya. karena kata " andaikan " membukakan pintu perbuatan Syaitan (HR. Muslim).
  • Menundukkan pandangan niscaya akan melihat besarnya nikmat Allah kepada kita. Rasulullah SAW membimbing umat dalam kehidupan ini dalam sabdanya yang artinya : Pandangalah orang yang lebih bawah darimu (dalam hal materi ), dan jangan kamu pandang orang yang lebih atas darimu. Hal ini lebih cocok bagimu, agar kamu tidak merendahkan nikmat Allah yang dikaruniakanNya kepadamu. Setiap kali hamba merenungi nikmat-nikmat Allah yang zhahir maupun bathin baik dalam kehidupan religi ataupun duniawai, ia kan melihat Maha pemurahnya Allah yang telah mengaruniakan banyak hal kepadanya.
  • Memohon pembenahan ilahi dalam segala urusan.



Kiriman : Asmaul Husna